Pertama kali
saya mempunyai akun facebook sekitar awal 2009. Teman-teman kos sudah lebih
dulu punya akun jejaring ini. Saya waktu itu tidak tahu seperti apa tampilan
FB. Saya sudah nyaman berinternet dengan browsing, akun yahoomail untuk
menunjang komunikasi, saya juga sempat mengikuti tren Friendster. Masa-masa
sebelum FB menjadi keharusan, karena setelah nomor telepon genggam, orang akan bertanya
nama akun FB, saya juga gemar chatting dengan banyak anonim via MIRC. Senang
ternyata bisa ngobrol dengan siapapun di sana, poin bagi diri sendiri bahwa sebenarnya
saya bisa juga nyambung diajak bicara dengan orang lain, begitu pikir saya. Tapi
seperti kebanyakan chatter memanfaatkan sarana ini untuk mencari kenalan lawan
jenis, saya yang lebih senang menyebutkan umur sebenarnya menemukan jumlah partner
chat jauh menurun ketika menginjak usia 25, ditambah keraguan sebagian besar
mereka tentang status lajang saya, maka saya pun insaf dari aktivitas buang
waktu ini.
Bukannya
menceritakan tentang kelebihan menemukan pertemanan, setiap pulang dari warnet
teman-teman kos saya malah menceritakan serunya ber-facebook karena banyak kuis
yang “lucu” di sana. Waktu itu memang banyak kuis-kuis aneh mirip kuis di
majalah-majalah remaja putri. Misalnya kapan usia kita menikah, nama kita versi
Jepang, mencari tahu karakter kita dengan menjawab pertanyaan yang tidak kalah
konyol seperti jenis makanan
favorit dan pilihan tempat wisata. Ada
juga kuis apakah pacar kita sekarang adalah calon pendamping kita kelak, bagi
yang belum mempunyai pacar bisa juga mencari tahu adakah kemungkinan salah
seorang dalam daftar pertemanan kita diam-diam sedang naksir kita dan kelak
menjadi kekasih yang kita nantikan selama ini. Nah, setelah sistem kuis
menghitung skor dengan parameter antah-berantah itu, hasil kuis pun keluar dan
kita bisa share di wall agar semua orang membacanya. Kuis-kuis ini memang
dibuat untuk tujuan have fun, alias senang-senang.
Pertama punya
FB, saya senang menambah teman. Terutama mereka yang pernah melalui sejarah
yang sama dengan saya. Entah itu dari sekolah yang sama, kota asal yang sama,
teman-teman kos semasa kuliah yang kini sulit berjumpa, teman-teman
se-almamater yang bahkan saat kami masih berstatus mahasiswa dulu tidak akrab.
Maklum, saya relatif pendiam. Rasanya bangga saat jumlah teman melewati angka
100. Rasa senang yang mirip saat daftar kontak di hand phone mencapai angka 100
sampai saya menyadari orang-orang yang rutin saya kontak kurang dari 10 nama,
beberapa saya kontak untuk suatu keperluan, sisanya menjadi hadiah jika mereka
mengirim sms selamat lebaran setiap tahun. Kali ini rasa sepi pun datang. Tak
banyak obrolan dengan teman yang dulu pernah akrab lewat sarana chat di FB jika
kami kebetulan sama-sama online, terkadang tak ada sama sekali. Dulu sih, saya
cukup norak dengan menyapa semua teman yang online, karena berpikir bukankah
ini kebetulan saat kemungkinan bertatap muka dan berbincang sangat kecil kita
justru dipertemukan di dunia maya. Ternyata saya salah. Saling berkomentar status,
saling like bukan berarti kita akan mengobrol. Seorang teman satu sekolah yang
pernah saya sukai diam-diam semasa SMP bahkan tidak mengenali saya. Dia
bertanya di mana saya mengenalnya saat kami chat. Omigod!!! Menutupi rasa malu,
saya bersyukur dia tidak lagi setampan saat berusia 14, tak mungkin saya
menyukai dia di usia sekarang, selain dia memang tak lagi single. Hehe.. :P
Facebook yang memungkinkan kita berbagi cerita, foto,
video belakangan membuatnya terasa sesak. Itu belum tautan berita, iklan,
pemberitahuan si A sudah mencapai level tertinggi dari game yang baru
dimainkan, juga curhatan puisi-puisi galau, status alay teman-teman diusia
pubertas awal. Saya jenuh. Bukan, bukan karena semua isi status buruk. Terlalu
banyak informasi dengan keragaman tingkat tinggi membuat saya pusing. Otak saya
tak sempat menyimpan makna sehabis membuka laman FB. Beralih ke situs jejaring
lain, saya belum tertarik. Tapi untuk memutuskan hubungan sama sekali dengan FB
juga seperti tak rela. Barangkali saya kangen melihat kabar teman-teman lama?
Sementara ini saya absen memperbarui status, serta tidak menambah teman baru yang
berpotensi menambah ruwetnya isi dinding saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar