Judul posting perdana ini jorok banget kedengarannya. Iuuh.. jijay! Lalu apa hubungannya dengan Laruku alias L'Arc en Ciel, band rock asal Jepang yang akan konser di Indonesia 2 Mei mendatang itu? Inspirasi posting berawal dari kejadian makan siang tadi di warung Mbak Nur, tempat makanku tiap hari. Waduh, lalu apa hubungannya L'Arc en Ciel dan warung makan?!! Sabar, dengar dulu ceritaku ya.
Aku tergolong orang yang sering makan di mana pun seorang diri. Sebenarnya nggak ada masalah kalo kamu biasa makan sendirian di warung makan atau restoran sekalipun. Kamu bisa khusyuk menikmati makananmu, sambil membaca novel atau sekedar menguping pembicaraan sekelompok orang yang makan. Masalahnya, karena duduk sendirian, ketenanganmu bisa terusik oleh orang lain yang tiba-tiba duduk di sampingmu, karena meja lain sudah penuh terisi. Masih mending kalau mereka dengan sopan "meminta izin", Mbak, di sebelah ga ada orang? Kalau aku mengangguk lalu mereka bertanya lagi, boleh duduk disini? dan aku mengiyakan baru mereka duduk. Yah, kalo di warung ma jarang ya yang sempat tanya gituan. Kalau mau duduk ya duduk aja. Namanya tempat umum. Apalagi konsep warung tegal. oke, kembali ke cerita ini.
Suatu siang, aku makan sendiri di warung langgananku. Hampir setiap hari aku makan di situ, selain dekat dengan kos, beragam sayuran, lauk ala rumahan yang pas di lidah, pas di kantong. Lalu datang sepasang anak muda (halah aku bicara seolah berusia 50-an, haha). "Mana cukup di sini buat berlima?" Tapi akhirnya mereka tetap memutuskan duduk di sebelah kananku, dengan posisi menghadap ke arahku. Tak lama tiga orang teman mereka datang menyusul. Dari pakaiannya, sepertinya mereka pekerja yang sedang istirahat makan siang. Kadang sempat juga kuperhatikan cowok yang duduk persis di sampingku. Wah, cakep juga. Kulitnya putih, wajah menarik, walau tampak tak terlalu tinggi. Pembicaraan ringan diselingi ketawa-ketawa kecil pun mengalir ringan. Sampai si cowok cakep ini melempar tema baru. "Eh, friend, dah liat lom di kapanlagi.com tiket Laruku dah abis kejual lo!!". Cewek yang datang pertama kali datang menyahut:"Laruku, apaan?" "Yaelah ga tau Laruku. Itu lo band Jepang". O, ya. pernah dengar si. Nama baratnya gimana bacanya? L'Arc en Ciel (baca: Lark en siel). Mereka waktu konser di London, gila keren banget!! "OOh, dah sampai London mereka?"sela ci cewek nunjukin dia buta ma band Jepang terkenal ini. "Ya iya,gue pasti nonton mereka pas konser di Jakarta. Pokoknya kalau dibandingin ama siapa tu band Indonesia?"lanjut si cowok cakep mencoba mengingat-ingat nama sebuah band yang dimaksud. Salah seorang teman lain menjawab:"J-rock". "Bukan, itu lho yang lagunya Aishiteru-aishiteru gitu. "Ooh ya.. yang itu",sahut mereka paham, walau masih juga tidak berhasil menyebut nama band yang dimaksud. "iya, itu mah ga ada seupil-upilnya Laruku". "Ya iyalah...hahaha". Aku yang berada di sebelah si cowok-cakep-tapi-ga-tahu-etika ini kaget. Huh, cakep-cakep kok ngomongin kotoran hidung. Pas makan lagi. Ih jorok banget dah. Untungnya aku agak kebal, makanan di piring tetap tandas, laper Bo! Yang pasti si, aku yang tadinya mengagumi wajah cakep ala K-Pop ini langsung ilfeel.
Pelajaran moral dari ceritaku kali ini sih, mbok kalau membandingkan dua hal itu, jangan pakai perumpamaan yang jorok walaupun yang satu teramat rendah (menurut penilaian kita) dibandingkan yang satunya. Kalau sudah jelas beda kualitas, kelas, jenianya ya ngapain dibandingkan? Aneh!! Pernah sering dengar iman kita tak ada sekuku hitamnya nabi. Kalimat ini malah dulu sewaktu kecil menimbulkan pertanyaan yang untungnya hanya dibatin:"emangnya kuku nabi hitam? Nabi kan pasti orang yang mengamalkan kebersihan sebagian dari iman, masa' kukunya hitam? Stop ah, mulai ngawur ni. Gitu aja deh pendapatku. Cukup aja bagai bumi dan langit atau perumpamaan apalah. Satu lagi, jangan bicara yang bisa membuat orang kehilangan nafsu makan saat menyantap hidangan. Tidak semua orang toleran kan?